Akan Dipindah ke Subang, Sejarah Pindad Bersinggungan dengan Daendels

Dini Pramita
26 Juli 2023, 10:55
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mencoba kendaraan taktis (rantis) buatan PT Pindad (Persero), bernama Maung 4x4, di Sirkuit Sentul, Bogor, Jawa Barat, Minggu (12/7).
Instagram/@prabowo
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mencoba kendaraan taktis (rantis) buatan PT Pindad (Persero), bernama Maung 4x4, di Sirkuit Sentul, Bogor, Jawa Barat, Minggu (12/7).

Presiden Joko Widodo mengungkapkan rencana untuk memindahkan pabrik PT Pindad dari Bandung ke Subang, Jawa Barat saat mengunjungi pabrik peluru Pindad di Turen, Malang, Senin (24/7). Menurut Jokowi, kepindahan itu diperlukan untuk pengembangan usaha Pindad karena lokasi baru di Subang memiliki lahan yang lebih luas.

Pabrik Pindad di Bandung merupakan lokasi produksi senjata dan kendaraan. Sementara, pabrik Pindad yang berada di Turen, Malang, memproduksi peluru dan amunisi lainnya untuk kebutuhan TNI dan Polri.

Wacana pemindahan Pindad tersebut pertama kali bergulir pada rapat di Istana Bogor pada 16 Juli lalu antara Presiden Jokowi dengan Menteri BUMN Erick Thohir dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Salah satu alasan pemindahan yang mengemuka dalam rapat itu adalah Kementerian BUMN memiliki alokasi tanah yang luas di Subang, serta ada pertimbangan untuk menghidupkan kawasan industri Subang yang dekat dengan Bandara Kertajati.

Kendaraan taktis (rantis) Maung 4x4 Buatan Pindad
Kendaraan taktis (rantis) Maung 4x4 Buatan Pindad (Instagram/@pt_pindad)

Jejak Daendels dalam Sejarah Pindad

Mengutip situs web Pindad, sejarah perusahaan ini dimulai pada 1808 saat Gubernur Jenderal Hindia Belanda Herman Willem Daendels mendirikan bengkel untuk memproduksi, memelihara, dan memperbaiki senjata dengan nama Constructie Winkel (CW) di Surabaya. Selain itu, Daendels membangun bengkel amunisi berskala besar bernama Proyektiel Fabriek (PF).

Kemudian pada 1850, pemerintah Hindia Belanda mendirikan bengkel produksi dan perbaikan munisi dan bahan peledak untuk Angkatan Laut dengan nama Pyrotechnische Werkplaats (PW). Pada 1861, nama CW yang diubah menjadi Artilerie Constructie Winkel (ACW) dan digabung dengan PW sehingga perusahaan ini memiliki tiga divisi yaitu unit produksi senjata dan perkakasnya, unit produksi munisi dan bahan peledak, serta unit laboratorium penelitian.

Pada 1918-1920, unit produksi senjata dan unit produksi munisi ACW dipindahkan dari Surabaya ke Bandung, sementara unit laboratorium penelitian dipindahkan dari Semarang ke Bandung. Sejak itu, kedudukan seluruh divisi Pindad menyatu di Bandung dan digabung dengan Institut Pendidikan Pemeliharaan dan Perbaikan Senjata yang diubah namanya menjadi Geweemarkerschool.

Penggabungan keempat divisi tersebut melahirkan satu entitas baru bernama Artilerie Inrichtingen (AI). Pada masa penjajahan Jepang, AI tetap berjalan dengan perubahan nama di seluruh divisi menggunakan penamaan Jepang.

Belakangan pabrik ini dibagi ke dalam dua perusahaan oleh Belanda setelah direbut kembali sewaktu Agresi Militer Belanda, yaitu Leger Produktie Bedrijven (LPB) yang terdiri dari unit usaha produksi senjata dan amunisi, serta laboratorium. Sementara itu, Geweemarkerschool diubah menjadi Central Reparatie Werkplaats.

Pada 27 Desember 1949, Belanda menyerahkan LPB ke Indonesia dan diganti namanya menjadi Pabrik Senjata dan Mesiu. Pada 1 Desember 1958, nama PSM diubah lagi menjadi Pabrik Alat Peralatan Angkatan Darat (Pabal AD) yang pengelolaannya di bawah TNI AD.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...